660 Titik Panas Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Kamis, 30 Oktober 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 660 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 131 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Kamis (30/10/2025) pukul 11.53 WIB. Dari 660 titik panas terdeteksi, 9 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 605 titik skala sedang, dan 46 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: BNPB Catat 52 Bencana Alam Medio Agustus 2023, Terbanyak Karhutla)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Nusa Tenggara Timur sebanyak 195 titik. Sumatera Utara menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 142 titik. Aceh berada di posisi ketiga sebanyak 60 titik panas.
Sebanyak 43 titik panas terdeteksi di Maluku Utara, Kalimantan Barat menyusul dengan 41 titik panas, serta Sumatera Barat dan Kepulauan Bangka Belitung masing-masing memiliki 33 dan 24 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Indikasi Luas Karhutla di Provinsi Kalimantan Tengah dalam Sedekade Terakhir)