78 Hotspot Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Kamis, 3 April 2025)


Nama Data | Nilai |
---|---|
Maluku Utara | 21 |
Sulawesi Selatan | 12 |
Sumatera Selatan | 12 |
Jawa Tengah | 9 |
Kalimantan Timur | 3 |
Kalimantan Barat | 3 |
Bengkulu | 2 |
Kepulauan Riau | 2 |
Nusa Tenggara Barat | 2 |
Kalimantan Selatan | 2 |
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 78 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 11 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Kamis (3/4/2025) pukul 11.14 WIB. Dari 78 titik panas terdeteksi, 5 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 70 titik skala sedang, dan 3 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Inilah 10 Gempa Bumi Terbesar Sepanjang Sejarah, Dua di Antaranya dari Indonesia)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Maluku Utara sebanyak 21 titik. Sulawesi Selatan menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 12 titik. Sumatera Selatan berada di posisi ketiga sebanyak 12 titik panas.
Sebanyak 9 titik panas terdeteksi di Jawa Tengah, Kalimantan Timur menyusul dengan 3 titik panas, serta Kalimantan Barat dan Bengkulu masing-masing memiliki 3 dan 2 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: 10 Negara dengan Gempa Bumi Terbanyak 2023, Indonesia Pertama)