Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase kemiskinan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2024 sebesar 9,63%, sedikit turun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 9,81%. Dengan jumlah penduduk 1.110.346 jiwa, terdapat 95.960 jiwa penduduk miskin di Boyolali.
Penurunan persentase kemiskinan ini sejalan dengan penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 1.520 jiwa dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan persentase kemiskinan tercatat -1,83%. Dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Tengah, Boyolali berada di urutan yang cukup baik dalam penanganan kemiskinan.
(Baca: Tenaga Kependidikan SMK Laki-Laki Periode 2017-2024)
Jika melihat data historis, persentase kemiskinan tertinggi di Boyolali terjadi pada tahun 2006 sebesar 20%. Sementara itu, persentase terendah terjadi pada tahun 2019 sebesar 9,53%. Pertumbuhan angka kemiskinan tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 12,68% dan terendah pada tahun 2018 turun 16,05%. Secara nasional, Boyolali berada di urutan ke-248 dalam persentase kemiskinan pada tahun 2024, sama dengan tahun 2023.
Dalam perbandingan dengan kabupaten lain di Jawa Tengah yang berdekatan, Boyolali memiliki persentase kemiskinan yang relatif stabil. Kabupaten lain seperti Cilacap, Karanganyar, Kendal, Magelang, Pati, dan Wonogiri memiliki dinamika kemiskinan yang berbeda-beda. Perbandingan ini memberikan gambaran komprehensif mengenai upaya penanggulangan kemiskinan di masing-masing wilayah.
Kabupaten Cilacap
Kabupaten Cilacap memiliki persentase penduduk miskin 10,68%, menempatkannya pada urutan ke-219 secara nasional. Jumlah penduduk miskin mencapai 186.080 jiwa dari total populasi 2.037.899 jiwa. Garis kemiskinan di Cilacap adalah Rp 441.093,00 per kapita per bulan. Pendapatan per kapita mencapai Rp 67,08 juta per tahun, pertumbuhan ekonomi mencapai 1,69%. Pertumbuhan penduduk miskin tercatat mengalami penurunan -2,58%.
Kabupaten Karanganyar
Dengan persentase kemiskinan 9,59% dan menduduki peringkat 250 secara nasional, Karanganyar mencatatkan jumlah penduduk miskin sebanyak 87.370 jiwa dari total populasi 952.132 jiwa. Garis kemiskinan di Karanganyar tercatat Rp 491.551,00 per kapita per bulan. Pendapatan per kapita mencapai Rp 53,36 juta per tahun, Karanganyar mengalami pertumbuhan pendapatan per kapita sebesar 7,98%. Pertumbuhan penduduk miskin tercatat mengalami penurunan -1,43%.
(Baca: Jumlah Penduduk dan Persentase Kemiskinan di Kota Jakarta Selatan Periode 2004 - 2024)
Kabupaten Kendal
Kabupaten Kendal memiliki persentase kemiskinan 9,35%, menempatkannya pada urutan ke-256 di Indonesia. Jumlah penduduk miskin adalah 92.710 jiwa dari total 1.093.046 jiwa. Garis kemiskinan di Kendal mencapai Rp 488.940,00 per kapita per bulan. Pendapatan per kapita mencapai Rp 55,26 juta per tahun, dengan pertumbuhan 7,01%. Meski demikian, pertumbuhan penduduk miskin di Kendal sedikit naik 0,08%.
Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang memiliki 10,83% penduduk miskin, berada di urutan 207 secara nasional. Jumlah penduduk miskin di Magelang mencapai 143.800 jiwa dari total populasi 1.337.411 jiwa. Garis kemiskinan di Magelang tercatat Rp 431.289,00 per kapita per bulan. Pendapatan per kapita mencapai Rp 32,60 juta per tahun. Pertumbuhan pendapatan perkapita sebesar 6,65%, sementara penduduk miskin mengalami penurunan -0,48%.
Kabupaten Pati
Kabupaten Pati memiliki tingkat kemiskinan 9,17%, menduduki peringkat 261 secara nasional. Jumlah penduduk miskin mencapai 116.840 jiwa dari total populasi 1.379.022 jiwa. Garis kemiskinan di Pati sebesar Rp 559.499,00 per kapita per bulan. Pendapatan per kapita mencapai Rp 43,05 juta per tahun. Pertumbuhan pendapatan per kapita sebesar 6,89%, dengan pertumbuhan penduduk miskin yang mengalami penurunan -1,13%.
Kabupaten Wonogiri
Kabupaten Wonogiri memiliki persentase kemiskinan 10,71%, menempatkannya di urutan ke-216 secara nasional. Jumlah penduduk miskin di Wonogiri mencapai 102.570 jiwa dari total populasi 1.063.902 jiwa. Garis kemiskinan di Wonogiri adalah Rp 443.563,00 per kapita per bulan. Pendapatan per kapita tercatat Rp 37,72 juta per tahun, dengan pertumbuhan 7,31%. Jumlah penduduk miskin di wilayah ini mengalami penurunan pertumbuhan -2,15%.