Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 254 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 119 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Jumat (13/9/2024) pukul 16.47 WIB. Dari 254 titik panas terdeteksi, 7 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 243 titik skala sedang, dan 4 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Kualitas Udara Sore Hari: DKI Jakarta Peringkat 1 Daerah Paling Berpolusi di Indonesia)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Jawa Timur sebanyak 49 titik. Nusa Tenggara Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 47 titik. Maluku Utara berada di posisi ketiga sebanyak 25 titik panas.
Sebanyak 23 titik panas terdeteksi di Jawa Tengah, Kalimantan Selatan menyusul dengan 23 titik panas, serta Jawa Barat dan Sulawesi Selatan masing-masing memiliki 16 dan 16 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: 10 Daerah dengan Kualitas Udara Paling Bersih di Indonesia, Kabupaten Sanggau Posisi Nomor 1 Pagi Ini)