Kementerian LHK: Jumlah Hotspot di Indonesia Capai 1.505 Dalam 24 Jam Terakhir (Sabtu, 26 Juli 2025)
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 1.505 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 549 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Sabtu (26/7/2025) pukul 11.51 WIB. Dari 1.505 titik panas terdeteksi, 34 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 1432 titik skala sedang, dan 39 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Indonesia Punya Gunung Berapi Aktif Terbanyak di Dunia)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 495 titik. Kalimantan Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 94 titik. Kalimantan Utara berada di posisi ketiga sebanyak 85 titik panas.
Sebanyak 80 titik panas terdeteksi di Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan menyusul dengan 64 titik panas, serta Aceh dan Kalimantan Selatan masing-masing memiliki 62 dan 57 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Tren Letusan Gunung Berapi dalam Beberapa Tahun Terakhir)