3.622 Hotspot Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Jumat, 26 September 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 3.622 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 1803 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Jumat (26/9/2025) pukul 11.06 WIB. Dari 3.622 titik panas terdeteksi, 79 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 3299 titik skala sedang, dan 244 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Ini Bencana Alam Paling Banyak di Indonesia sampai Awal September 2023)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 1385 titik. Kalimantan Tengah menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 768 titik. Kalimantan Timur berada di posisi ketiga sebanyak 266 titik panas.
Sebanyak 173 titik panas terdeteksi di Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan menyusul dengan 150 titik panas, serta Kalimantan Selatan dan Jawa Timur masing-masing memiliki 148 dan 125 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Banjir Mendominasi Bencana Alam di Indonesia pada Awal 2024)