163 Hotspot Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Rabu, 21 Mei 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 163 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Rabu (21/5/2025) pukul 11.53 WIB. Dari 163 titik panas terdeteksi, 4 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 158 titik skala sedang, dan 1 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Penerima Rumah Susun 2022, Terbanyak Korban Bencana Alam)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Bengkulu sebanyak 27 titik. Jambi menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 25 titik. Nusa Tenggara Timur berada di posisi ketiga sebanyak 19 titik panas.
Sebanyak 15 titik panas terdeteksi di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur menyusul dengan 15 titik panas, serta Sumatera Barat dan Sumatera Selatan masing-masing memiliki 11 dan 8 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Ada 1.300 Bencana Alam di RI sampai September 2024, Ini Rinciannya)