Tanaman biofarmaka merupakan tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan, kosmetik, dan kesehatan. Tanaman ini memiliki daun, batang, buah, umbi atau rimpang, hingga akar yang dapat dikonsumsi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, kunyit menjadi tanaman biofarmaka yang paling banyak dihasilkan Indonesia pada 2023. Volume produksinya mencapai 205,65 juta kilogram (kg).
Lalu jahe jadi tanaman biofarmaka berikutnya yang paling banyak diproduksi tahun lalu, yakni sebanyak 198,87 juta kg.
Kemudian disusul produksi laos atau lengkuas sebanyak 58,81 juta kg, kencur 47,89 kg, temulawak 24,32 kg, temuireng 3,92 juta kg, dan lempuyang 3,66 juta kg.
Di samping itu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong pengembangan obat herbal sebagai kemandirian farmasi dan transformasi sistem kesehatan di Tanah Air.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Rizka Andalucia menyebut, dukungan pemerintah dalam wacana tersebut tertuang dalam Undang-undang No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) yang memberikan peran obat bahan alam dan fitofarmaka.
“Kami berusaha menempatkan fitofarmaka ini dalam pelayanan kesehatan konvensional, sehingga kita harapkan penerapan obat herbal di Indonesia menjadi semakin optimal," kata Rizka dalam keterangannya, dilansir dari Antara, Senin (4/12/2023).
(Baca: Produksi Kunyit Naik pada 2023, Tertinggi dalam 5 Tahun)