Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 172 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 78 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Minggu (30/6/2024) pukul 16.27 WIB. Dari 172 titik panas terdeteksi, 166 titik skala sedang dan 6 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Inilah 10 Gempa Bumi Terbesar Sepanjang Sejarah, Dua di Antaranya dari Indonesia)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Jawa Timur sebanyak 49 titik. Nusa Tenggara Barat menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 25 titik. Nusa Tenggara Timur berada di posisi ketiga sebanyak 24 titik panas.
Sebanyak 16 titik panas terdeteksi di Maluku Utara, Sumatera Selatan menyusul dengan 13 titik panas, serta Banten dan Jawa Tengah masing-masing memiliki 10 dan 8 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Gempa Bumi Berkekuatan 4.7 M Guncang Kepulauan Bonin, Wilayah)