Menurut laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), sepanjang 2023 ada 103 dugaan insiden kebocoran data yang terdeteksi di Indonesia.
Kebocoran data atau data breach merupakan situasi di mana data penting milik individu, organisasi, perusahaan, atau lembaga negara dapat diakses secara tidak sah oleh pihak lain.
(Baca: Ransomware Bisa Sandera Data Perusahaan, Berapa Uang Tebusannya?)
Dari seluruh dugaan kebocoran data yang terdeteksi pada 2023, sebanyak 69% atau 71 insiden terjadi di sektor administrasi pemerintahan.
Sementara insiden kebocoran data di sektor-sektor lainnya jauh lebih sedikit, seperti terlihat pada grafik.
"Sektor administrasi pemerintahan merupakan area yang paling banyak terdampak, yang memerlukan perhatian khusus dalam manajemen risiko dan peningkatan keamanan siber," kata tim BSSN dalam laporan Lanskap Keamanan Siber Indonesia 2023.
Menurut dokumen Panduan Menghadapi Data Breach yang dirilis BSSN, kebocoran data bisa terjadi karena sejumlah faktor, yakni:
- Pencurian atau hilangnya perangkat penyimpan data;
- Peretasan atau akses ilegal terhadap sistem penyimpan data;
- Pemberian akses/data secara tidak sengaja oleh anggota/pegawai suatu organisasi/lembaga karena penipuan digital;
- Tidak memadainya sistem keamanan digital.
BSSN pun menyatakan kebocoran data dapat dicegah dengan sejumlah strategi, seperti menetapkan kebijakan penggunaan kata sandi yang kuat, mengedukasi pengguna sistem, dan penguatan sistem keamanan digital.
(Baca: Ini Industri yang Paling Banyak Jadi Korban Ransomware)