Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 196 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 26 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Rabu (19/6/2024) pukul 16.44 WIB. Dari 196 titik panas terdeteksi, 4 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 190 titik skala sedang, dan 2 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: BPBD: Kerugian Bencana Banjir di Sumatera Barat Capai Rp108,38 Miliar)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Jawa Timur sebanyak 48 titik. Sulawesi Tengah menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 21 titik. Jawa Tengah berada di posisi ketiga sebanyak 17 titik panas.
Sebanyak 13 titik panas terdeteksi di Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur menyusul dengan 13 titik panas, serta Maluku Utara dan Banten masing-masing memiliki 11 dan 9 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Ada 40 RT di Jakarta Tergenang Banjir hingga Kamis Pagi (4 April 2024))