Selama periode 2000-2019, Indonesia menghasilkan sampah makanan sisa konsumsi antara 5-19 juta ton per tahun, belum termasuk makanan yang terbuang dari tahap produksi dan distribusi.
Hal ini tercatat dalam Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia (2021), hasil riset kolaborasi Kementerian PPN/Bappenas dengan Waste4Change dan World Resource Institute.
(Baca: Indonesia Buang Jutaan Ton Sampah Makanan, dari Tahap Produksi sampai Konsumsi)
Bappenas mengestimasikan, sekitar 80% sampah makanan sisa konsumsi berasal dari rumah tangga, dan 20% dari non-rumah tangga seperti restoran dan katering.
Jika dilihat dari kategori wilayahnya, sampah tersebut lebih banyak dihasilkan oleh warga kota metropolitan.
Bappenas mengategorikan kota berdasarkan jumlah penduduknya, dengan rincian berikut:
- Kota metropolitan: penduduk lebih dari 1 juta orang
- Kota besar: penduduk 500 ribu-1 juta orang
- Kota sedang: penduduk 100 ribu-500 ribu orang
- Kota kecil: penduduk kurang dari 100 ribu orang
Menurut estimasi Bappenas, pada 2019 rata-rata warga kota metropolitan menghasilkan sampah makanan sisa konsumsi sebanyak 0,380 kilogram/orang/hari.
Kemudian sampah sisa makanan di kota besar 0,210 kilogram/orang/hari, sementara di kota sedang dan kota kecil sama-sama 0,088 kilogram/orang/hari.
Jika dibandingkan, rata-rata sampah sisa makanan warga kota metropolitan lebih banyak 4,3 kali lipat dibanding warga kota sedang dan kota kecil.
Bappenas memperoleh angka tersebut dari pengukuran timbulan sampah makanan di tiga lokasi survei, yakni Kota Bandung, Kota Pekanbaru, dan Kabupaten Tabanan.
"Angka timbulan sampah hasil survei Kota Bandung digunakan untuk merepresentasikan kota metropolitan," kata tim Bappenas dalam laporannya.
"Hasil survei Kota Pekanbaru digunakan untuk merepresentasikan kota besar, sementara hasil survei Kabupaten Tabanan digunakan untuk merepresentasikan kota sedang dan kota kecil," lanjutnya.
(Baca: Banyak Makanan Terbuang di Indonesia, Nilainya di Atas Rp200 Triliun per Tahun)