E-commerce menjual produk yang beragam. Harga yang ditawarkan pun cenderung lebih terjangkau, sehingga memungkinkan pelanggannya untuk memilih produk yang diinginkan.
Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survei dan mengelompokkan jenis barang dan jasa yang ditawarkan di e-commerce sepanjang 2022. Hasilnya, sebanyak 43,02% dari keseluruhan usaha e-commerce menjual jenis barang atau jasa yang merupakan kelompok makanan, minuman, dan bahan makanan.
Jenis lain yang banyak dijual adalah kelompok fesyen dengan proporsi usaha 15,04%. Di urutan ketiga ada kelompok jenis barang/jasa kebutuhan rumah tangga, sebanyak 8,11% usaha.
Kelompok jasa transportasi dan pengiriman barang menempati posisi keempat sebesar 5,86% usaha. Sementara kelompok kosmetik menempati urutan kelima sebesar 5,37% usaha.
E-commerce asing menguasai
Melansir Katadata, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan pedagang luar negeri menjual murah produk melalui platform online. Teten menemukan mayoritas pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berjualan daring pun hanya menjajakan produk impor.
Ini juga yang membuat pelaku UMKM di pusat grosir busana Tanah Abang mengalami penurunan omset akibat kalah bersaing dengan pedagang luar negeri.
"Hari ini 56% pasar daring dikuasai e-commerce asing secara total pendapatan," kata Teten, Selasa (19/9/2023).
Teten menilai pengadopsian penjualan daring oleh pedagang di pasar menjadi hal yang mendesak. Hal tersebut dinyatakan setelah melihat pertumbuhan pasar perdagangan elektronik di dalam negeri.
Bank Indonesia mendata transaksi elektronik di dalam negeri dilakukan sebanyak 3,49 miliar kali pada 2022 dengan nilai Rp 476 triliun. Nilai transaksi elektronik tersebut naik 18,8% dari capaian tahun sebelumnya senilai Rp401 triliun.
(Baca juga: Kurang Modal Jadi Kendala Utama dalam Pengembangan Usaha E-Commerce di Indonesia)