E-commerce memberikan kemudahan kepada konsumen untuk belanja berbagai kebutuhannya, sehingga tren belanja online semakin bertumbuh. Meskipun begitu, pelaku usaha e-commerce lokal masih menghadapi sejumlah kendala dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Hal tersebut terekam dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk Statistik eCommerce 2023. Dari sekitar 31 ribu unit usaha e-commerce yang disurvei, kekurangan modal kendala paling banyak dihadapi.
"Selama 2022 sebanyak 36,84% pelaku usaha kekurangnya permodalan," tulis BPS dalam laporannya.
Kendala berikutnya, yakni kurangnya permintaan dengan proporsi 35,26%. Disusul oleh kurangnya tenaga kerja terampil sebesar 9,98%.
Selain itu, adapula pelaku e-commerce lokal yang merasa usahanya terhambat lantaran keterbatasan akses internet, keterbatasan jasa pengiriman, kecurangan dalam proses jual beli, serta kendala lainnya seperti terlihat pada grafik.
Survei ini juga menemukan, mayoritas atau 43,02% usaha e-commerce lokal menjual produk berupa makanan minuman. Ada juga yang menjual produk fashion, kebutuhan rumah tangga, hingga kosmetik dengan proporsi yang lebih kecil.
BPS melakukan survei ini terhadap 31.753 sampel usaha e-commerce yang tersebar di 34 provinsi dan 302 kabupaten/kota. Sampel dalam survei ini adalah pelaku usaha yang menggunakan internet untuk menerima pesanan atau penjualan barang/jasa selama 2022.
(Baca juga: 10 Provinsi dengan Usaha E-Commerce Terbanyak 2022, Jawa Barat Juara)