Riwayat Suara PKB di Jatim dan Nasional Sejak Pemilu 1999, Bisa Kerek Anies?

Politik
1
Erlina F. Santika 01/09/2023 18:40 WIB
Perolehan Suara PKB di Jawa Timur dan Nasional dalam Pemilu (1999-2019)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan akan menggandeng Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai cawapresnya untuk Pilpres 2024. Sinyal kuat pencalonan ini sudah dibenarkan oleh Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, meski dirinya mengklaim keputusan itu belum ditetapkan secara formal.

Diketahui, NasDem merupakan bagian dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang juga diisi oleh Partai Demokrat dan PKS guna mengusung Anies.

“Kemungkinan ke arah itu bisa saja terjadi tapi saya pikir belum terformalkan sedemikian rupa, jadi kami tunggu perkembangan satu dua hari ini," kata Surya Paloh di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Kamis malam (31/8/2023), dikutip dari Katadata.

Kabar ini tentu membuat geger Partai Demokrat, yang sudah siap meminang Anies dengan Ketua Umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sekretaris Jenderal Demokrat Teuku Riefky Harsya mengungkapkan adanya kesepakatan sepihak yang disetujui Surya Paloh dengan Anies Baswedan, untuk mengusung Anies dan Imin di Pilpres 2024 mendatang.

"Kemarin, 30 Agustus 2023, kami mendapatkan informasi dari Sudirman Said, mewakili Capres Anies Baswedan, bahwa Anies telah menyetujui kerja sama politik Partai Nasdem dan PKB,” kata Riefky dalam keterangan resmi yang ditulis Katadata, Kamis (31/8/2023).

Menurut Riefky kesepakatan antara Surya Paloh dengan Anies disetujui tanpa melibatkan Demokrat. Riefky mengatakan, Demokrat telah melakukan konfirmasi pada Anies, dan ia menyebut kabar tersebut benar adanya.

PKB pun langsung menggelar pleno setelah beredarnya kabar tersebut, terlebih partai ini masih melakoni peran di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya bersama Gerindra. Namun hubungannya ditengarai merenggang lantaran Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, sekaligus capres yang sempat diusungnya, mengumumkan perubahan nama menjadi Koalisi Indonesia Maju tanpa melibatkan PKB.

Di samping manuver politik itu, PKB sendiri memiliki perjalanan yang panjang dalam pemilu di Indonesia. Berdiri sejak 1998, PKB langsung berpartisipasi menjadi peserta Pemilu 1999.

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), pada pemilu perdananya itu PKB langsung mengantongkan 13.321.837 suara nasional atau 12,62% dari suara sah. Ini menempatkan partai yang didirikan oleh Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di posisi ketiga, setelah PDIP dan Golkar.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 7.034.707 suara disumbang oleh Jawa Timur. Daerah ini memang menjadi loyalis dan lumbung utama PKB, lalu disusul Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta.

Sementara pada Pemilu 2004, perolehan PKB menurun menjadi 11.989.564 suara. Perolehan itu sebagian besar disumbang oleh Jawa Timur sebesar 6.297.366 suara.

Penyusutan suara PKB besar-besaran terjadi pada Pemilu 2009, yang hanya mencapai 5.146.302 suara. Jawa Timur menyumbang 11,8% dari total perolehan PKB atau sekira 607.263 suara.

Kemudian pada Pemilu 2014 dan 2019 angkanya kembali naik seperti terlihat pada grafik.

(Baca juga: Ini Perolehan Suara PKB pada Pemilu 1999-2019, Sempat Terpuruk pada Pemilu 2009)

 Mengerek suara Anies

Melalui PKB, suara Anies Baswedan bisa saja terkerek, terutama untuk daerah Jawa Timur. Ini diungkapkan pakar komunikasi dan politik Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo.

Melansir Republika, Suko menjelaskan bahwa kehadiran PKB dalam KPP menambah energi yang cukup besar.

"Cak Imin punya modal sosial dan hubungan emosional dengan warga Jatim. Serta dukungan PKB yang terkuat di Jatim jika dibanding dengan provinsi lain," kata Suko di Surabaya, Jumat (1/9/2023).

Meski PKB begitu kuat di Jatim, pilihan ini masih perlu hati-hati sebab menurut pengamat politik Unair lainnya, Airlangga Pribadi Kusman, Cak Imin belum menjadi daya tarik konstituen terutama warga Nahdliyin di daerah tersebut.

"Kemampuan mendongkrak ditentukan penyesuaian internal dalam pasangan tersebut. Pendukung harus menyesuaikan, ketika kekuatan utama dari cawapres partai dan karakter politik dan pendukungnya tidak kontradiktif dengan Jokowi. Kemampuan itu yang menentukan," katanya.

(Baca juga: Bukan Cak Imin, Ini Cawapres yang Dinilai Paling Pantas Dampingi Anies Baswedan Menurut Warga)

Data Populer
Lihat Semua