Pagebluk Covid-19 memaksa negara-negara melakukan penyesuaian agar terhindar dari wabah tersebut. Salah satu yang paling menonjol adalah maraknya penggunaan layanan kesehatan berbasis teknologi atau telemedis (telemedicine).
Layanan telemedis memungkinkan pengguna berkonsultasi dengan dokter tanpa perlu datang secara langsung. Pemeriksaan hingga pemberian resep obat dilakukan secara daring. Layanan ini diperkirakan sudah ada sebelum pandemi, tetapi baru begitu gencar dipakai masyarakat saat wabah Sars-CoV-2 itu menyerang.
Lantas, apa saja layanan telemedis yang jamak digunakan oleh masyarakat saat ini?
Survei Deloitte Indonesia menunjukkan, sebanyak 57% dari total responden melaporkan pengalaman mereka dalam memanfaatkan layanan telemedis. Dari persentase itu, 77% dari mereka menggunakan layanan telemedicine dengan frekuensi antara 1 dan 5 kali setahun.
Spesifiknya lagi, mayoritas (84%) dari pengguna itu memakai layanan telemedis bukan buatan rumah sakit atau klinik, dan hanya sebagian kecil (16%) yang menggunakan platform dari rumah sakit atau klinik.
Adapun layanan yang paling banyak digunakan, yakni konsultasi dokter (40%). Posisi kedua adalah pembelian obat (31%).
Diikuti posisi ketiga oleh layanan pembuatan janji untuk rumah sakit (14%) dan keempat dengan klinik atau laboratorium (14%).
Deloitte menyebut, banyak pengguna yang mengaku puas dengan layanan telemedis, yakni 60%. Hampir semua responden (95%) pun bersedia untuk terus menggunakan layanan telemedis di masa mendatang.
"Sekitar 38% dari mereka percaya bahwa layanan telemedicine dapat menggantikan setidaknya seperempat dari total kunjungan rumah sakit mereka," tulis Deloitte dalam laporannya yang berjudul Deloitte’s Indonesia Digital Health Survey 2022.
Survei pengalaman konsumen layanan telemedis ini melibatkan 224 responden. Mayoritas responden berusia antara 26 dan 41 tahun, dan berlokasi di Pulau Jawa, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten.
Pengeluaran bulanan para pengguna layanan telemedis, sekira setengah dari total respondennya, lebih dari Rp5 juta. Artinya, pengguna telemedis lebih banyak dari masyarakat berpenghasilan yang cukup tinggi.
(Baca juga: Masyarakat Berpenghasilan Tinggi Lebih Tahu tentang Layanan Telemedicine)