Harga batu bara acuan (HBA) Indonesia berada di level US$305,21/ton pada Januari 2023, naik 8,43% dari bulan sebelumnya.
Menurut Kementerian ESDM, HBA pada awal tahun ini terkerek karena adanya gangguan distribusi dari Australia, yang merupakan pemasok batu bara besar di skala global.
"Lonjakan harga batu bara Australia saat ini dikarenakan tingginya curah hujan yang menyebabkan terkendalanya angkutan batu bara," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam siaran persnya, Senin (2/1/2023).
"Adanya permasalahan di pelabuhan muat yang memicu terkendalanya pasokan batu bara Australia ke negara importir, seperti Jepang dan Korea, juga turut andil," lanjutnya.
Adapun Bank Dunia sempat memprediksi harga komoditas energi fosil, termasuk batu bara, akan menurun mulai tahun ini, seiring dengan melambatnya ekonomi global.
"Setelah melonjak 60% pada tahun 2022, harga energi diproyeksikan turun 11% pada 2023 dan turun lagi 12% pada 2024," kata Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2022.
"Prospek ini terutama didorong pertumbuhan ekonomi global yang melambat, permintaan gas alam yang melemah karena rumah tangga dan industri mengurangi konsumsi, serta respons suplai terutama batu bara," lanjutnya.
Kendati melemah, harga batu bara sampai 2024 diprediksi tetap lebih tinggi setidaknya 50% di atas rata-rata masa pra-pandemi.
"Harga energi tinggi akan terus berlanjut dan berdampak pada inflasi, seperti tingginya biaya transportasi dan tarif listrik untuk bisnis," kata Bank Dunia.
(Baca: Stok Batu Bara RI Habis 62 Tahun Lagi, Umur Migas Lebih Pendek)