Meski tren belanja online terus tumbuh, tampaknya masih ada pelaku e-commerce lokal yang kesulitan menjual produknya.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), dari sekitar 15 ribu unit usaha e-commerce yang disurvei, kendala yang paling banyak dihadapi adalah rendahnya permintaan.
"Sebanyak 37,65% usaha e-commerce mengaku mengalami kekurangan permintaan barang dan jasa dalam menjalankan kegiatan usaha selama tahun 2021," kata BPS dalam laporan Statistik eCommerce 2022.
(Baca: Ini Sektor UMKM yang Banyak Manfaatkan Teknologi Digital)
Ada juga pelaku e-commerce lokal yang merasa usahanya terhambat karena kurang modal, kekurangan sumber daya manusia (SDM) atau tenaga kerja terampil, keterbatasan akses internet, keterbatasan jasa pengiriman, kecurangan dalam proses jual beli, serta kendala lainnya seperti terlihat pada grafik.
BPS melakukan survei ini terhadap 15.677 sampel usaha e-commerce yang tersebar di 34 provinsi dan 159 kabupaten/kota. Sampel survei adalah pelaku usaha yang menggunakan internet untuk menerima pesanan atau melakukan penjualan barang/jasa pada tahun 2021.
Mayoritas atau 41,5% sampel survei menjual produk makanan dan minuman. Ada juga sampel yang menjual produk fashion, kebutuhan rumah tangga, kosmetik, jasa transportasi, dan kelompok produk lainnya dengan proporsi yang lebih kecil.
(Baca: Mayoritas Pelaku Usaha E-Commerce RI Jual Makanan dan Minuman)