Ini Deretan 10 Negara dengan Kemampuan Cadangan Devisa Terendah di Dunia pada 2021

Ekonomi & Makro
1
Viva Budy Kusnandar 13/10/2022 10:50 WIB
10 Negara dengan Cadangan Devisa Terkecil (2021)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Cadangan devisa adalah salah satu aset suatu negara yang dapat dipergunakan untuk membiayai keseimbangan neraca pembayaran. Selain itu, cadangan devisa juga dipakai untuk melakukan intervensi di pasar untuk memelihara kestabilan nilai tukar.

Di tengah ketidakpastian perekonomian global saat ini, cadangan devisa suatu negara menjadi sangat penting untuk membiayai impor barang serta utang luar negeri di tengah menguatnya dolar Amerika Serikat (AS). Beberapa negara bahkan mengalami krisis karena sudah tidak mampu untuk impor barang, baik bahan pangan maupun bahan bakar karena sudah tidak memiliki cadangan devisa. 

Menurut standar internasional, kemampuan cadangan devisa suatu negara adalah cukup untuk membiayai 3 bulan impor. Namun kenyataannya, banyak negara dengan kemampuan cadangan devisanya di bawah standar tersebut.

Berdasarkan data Bank Dunia, Luxemburg memiliki cadangan devisa senilai US$2,9 miliar atau setara Rp42 triliun (dengan kurs Rp14.500 per dolar AS) pada 2021. Cadangan devisa tersebut hanya cukup untuk membiayai 0,07 bulan impor.

Kemampuan cadangan devisa negara ini adalah yang terendah dari negara yang datanya tersedia di Bank Dunia pada 2021.

Negara dengan kemampuan cadangan devisa terendah beriktunya adalah Irlandia, yaitu hanya 0,22 bulan impor. Diikuti Malta sebesar 0,41 bulan impor, Siprus sebesar 0,51 bulan impor, Slovenia sebesar 0,53 bulan impor.

Setelahnya ada Belanda dengan kemampuan cadangan devisa hanya untuk 0,74 dan Beligia 0,86 bulan impor. Lalu Estonia sebesar 0,89 bulan impor, Slovakia sebesar 1,02 bulan impor, serta Lithuania sebesar 1,25 bulan impor.

Sedangkan cadangan Indonesia mencapai US$144,9 miliar pada 2021. Nilai tersebut cukup untuk membiayai 6,78 bulan impor.

(Baca: Kemampuan Cadangan Devisa Indonesia Terus Turun sampai September 2022)

Editor : Annissa Mutia
Data Populer
Lihat Semua