Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) memukul sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat kelas menengah bawah. Hal ini utamanya mendorong kenaikan harga sejumlah bahan pokok.
Menurut hasil survei Indikator Politik Indonesia, masyarakat berharap adanya kompensasi saat harga BBM mengalami kenaikan. Mayoritas atau 19,8% responden menginginkan pemerintah menurunkan harga bahan makanan pokok.
“Kompensasi tampak sangat menyebar, terutama menurunkan harga bahan makanan pokok,” demikian dikutip dari laporan survei tersebut.
Berikutnya, sebanyak 16,5% responden berharap pemerintah memberikan bantuan sosial bagi masyarakat miskin. Bantuan tersebut dapat berupa sembako, beasiswa, dan sebagainya.
Kemudian, sebanyak 15,3% responden berharap pemerintah memberikan kompensasi BBM berupa penyediaan lapangan pekerjaan. Diikuti dengan penyaluran bantuan tunai langsung/BLT (11,7%), penyediaan pendidikan terjangkau untuk semua kalangan (7,8%), dan kenaikan upah minimum (7,7%).
Ada pula masyarakat yang berharap adanya kompensasi BBM berupa bantuan modal usaha kecil (4,8%), pembangunan infrastruktur lebih baik (3,5%), penambahan hibah/bantuan desa (2,4%), penyediaan fasilitas kesehatan terjangkau di semua kalangan (2%), dan penyediaan subsidi pertanian (1,9%).
Sementara, sebanyak 1,9% responden mengatakan kompensasi lainnya. Sedangkan, ada 4,7% responden yang mengatakan tidak tahu/tidak memjawab.
Adapun survei ini dilakukan melalui wawancara telepon pada 25-31 Agustus 2022 terhadap 1.219 responden di seluruh Indonesia berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah.
Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD) melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening. Margin of error survei diperkirakan kurang lebih 2.9% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling.
(Baca: Survei LSI: Masyarakat Indonesia Tolak Kenaikan Harga BBM)