Pelestarian lingkungan Indonesia tergolong buruk di skala global, bahkan di skala regional Asia Pasifik. Hal ini tercatat dalam laporan Environmental Performance Index 2022 (EPI).
EPI mengukur tingkat keberlanjutan lingkungan negara-negara melalui puluhan indikator yang terangkum dalam tiga pilar besar, yakni:
- Kesehatan Lingkungan: Kualitas udara, pencemaran air, kualitas pengolahan limbah, dan sebagainya.
- Iklim: Kebijakan mitigasi perubahan iklim, emisi gas rumah kaca, dan sebagainya.
- Daya Hidup Ekosistem: Kualitas biodiversitas, keberlanjutan perikanan, pertanian, sumber daya air, dan sebagainya.
Data yang digunakan EPI berasal dari organisasi internasional, lembaga penelitian, akademisi, dan lembaga pemerintah. Adapun sebagian besar datanya telah diaudit oleh pihak ketiga.
"Secara umum, kami tidak menerima mentah-mentah data dari pemerintah," demikian dikutip dari laporannya.
EPI kemudian mengolah data-data terkait indikator di atas ke dalam skor berskala 0-100. Makin tinggi angkanya maka keberlanjutan lingkungannya dianggap semakin baik, begitu pula sebaliknya.
Hasilnya, Indonesia mendapat skor 28,2 dari 100. Skor ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-164 dari 180 negara yang diriset.
Jika dilihat di skala regional, posisi Indonesia juga masuk ke jajaran bawah. Indonesia berada di peringkat ke-22 dari 25 negara Asia Pasifik, atau peringkat ke-8 dari 10 negara ASEAN.
Dalam laporan ini Indonesia mendapat nilai rendah untuk semua indikator, dengan rincian skor daya hidup ekosistem 34,1, skor kesehatan lingkungan 25,3, dan skor kebijakan mitigasi perubahan iklim 23,2 dari 100.
EPI menyatakan skor rendah diterima negara-negara yang memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dibanding kelestarian lingkungan.
Sedangkan skor tinggi diraih negara-negara yang memiliki komitmen kinerja serta investasi jangka panjang dalam melestarikan keragaman hayati, memelihara sumber daya alam, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
(Baca Juga: 10 Negara Paling Ramah Lingkungan Tahun 2022)