10 Kabupaten/Kota dengan Jumlah Penduduk Meninggal Aglomerasi karena Covid-19 Terbanyak Nasional (Senin, 09 Mei 2022)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, terdapat 40 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk meninggal aglomerasi karena Covid-19 di atas rata-rata nasional yang saat ini tercatat 0,02 jiwa per 100 ribu penduduk per minggu data per Senin, 09 Mei 2022.

(Baca: Angka Cerai Mati Yogyakarta Tertinggi se-Indonesia pada 2021)

Jumlah penduduk meninggal aglomerasi karena covid-19 lima kabupaten/kota teratas dengan angka lebih dari 0,62 jiwa per 100 ribu penduduk per minggu, yaitu Sumba Barat, Ponorogo, Karanganyar, Boyolali dan Klaten dengan masing-masing nilai 0,74 jiwa per 100 ribu penduduk per minggu, 0,68 jiwa per 100 ribu penduduk per minggu, 0,62 jiwa per 100 ribu penduduk per minggu, 0,62 jiwa per 100 ribu penduduk per minggu dan 0,62 jiwa per 100 ribu penduduk per minggu.

Rekapitulasi data Covid nasional dari Kementerian Kesehatan memperlihatkan, jumlah penduduk meninggal aglomerasi karena Covid-19 sebagian besar kabupaten/kota di luar pulau Jawa mengalami penurunan. Kondisi jumlah penduduk meninggal aglomerasi karena Covid-19 harian dengan angka lebih tinggi dari sebelumnya tercatat di lima kabupaten/kota dan sembilan kabupaten/kota mencatatkan jumlah penduduk meninggal aglomerasi karena Covid-19 lebih rendah.

(Baca: Proporsi Cerai Hidup di Kalimantan Selatan Tertinggi se-Indonesia pada 2021)

Wilayah di luar Jawa dengan nilai jumlah penduduk meninggal aglomerasi karena covid-19 terbanyak beberapa di antaranya adalah Sumba Barat, kota Tebing Tinggi dan Siak dengan masing-masing jumlah penduduk meninggal aglomerasi karena covid-19 yakni 0,74 jiwa per 100 ribu penduduk per minggu, 0,59 jiwa per 100 ribu penduduk per minggu dan 0,39 jiwa per 100 ribu penduduk per minggu.

Meski penularan Covid-19 di sebagian wilayah telah turun, pemerintah mengimbau agar semua orang ikut mengurangi transmisi Covid-19 dengan selalu memakai masker, menjaga jarak, serta sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Tak berkerumun dan mengurangi mobilitas turut berkontribusi menekan laju penularan virus corona.