PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN membukukan pendapatan dari penjualan listrik sejumlah Rp279,09 triliun pada 2021 (belum diaudit). Angka tersebut tumbuh 6,95% dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah Rp260,96 triliun.
Pendapatan penjualan listrik PLN pada 2021 paling banyak berasal dari kelompok pelanggan rumah tangga, yaitu senilai Rp118,14 triliun. Nilai tersebut tumbuh 6,19% dari tahun sebelumnya.
Pada 2021 kelompok pelanggan rumah tangga menyumbang 42,33% dari total pendapatan penjualan listrik PLN, terbesar dibandingkan kelompok pelanggan lainnya.
(Baca: Didorong Penjualan Listrik, Pendapatan Usaha PLN Meningkat 6,74% pada Semester I 2021)
Pendapatan penjualan listrik PLN terbesar berikutnya berasal dari kelompok pelanggan industri dengan nilai Rp87,88 triliun (31,49%).
Diikuti kelompok pelanggan bisnis senilai Rp54,87 triliun (19,66%), serta kelompok pelanggan sosial Rp6,98 triliun (2,5%).
Ada pula Rp6,09 triliun (2,18%) dari kelompok pelanggan gedung kantor pemerintah, serta dari kelompok pelanggan penerangan jalan umum (PJU) sebesar Rp5,13 triliun (1,84%).
Seperti dilansir Katadata.co.id, PLN melakukan percepatan pelunasan utang sebesar Rp52,5 triliun selama periode 2020 dan 2021. Dengan rincian Rp30,8 triliun pada 2020 dan Rp21,7 triliun pada 2021.
Percepatan pelunasan utang tersebut dapat menekan biaya pokok pengadaan listrik PLN pada tahun lalu.
Sedangkan untuk periode 2022 dan 2023, PLN menargetkan pelunasan utang masing-masing sebesar US$1,5 miliar atau setara Rp21,5 triliun per tahun (asumsi Rp14.363 per dolar AS).
(Baca: Total Utang PLN Turun 6% pada Semester I 2021)