Selain karbon dioksida (CO2), metana (CH4) juga merupakan salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap krisis iklim. Metana bahkan tercatat 25 kali lebih efektif menahan panas di atmosfer dibanding CO2.
Mengutip data Global Energy Monitor, tambang batu bara di Indonesia menghasilkan emisi metana sebanyak 58 juta ton CO2e20 per tahun.
Hal ini membuat Indonesia menjadi negara penghasil metana terbesar ke-8 di dunia, meskipun produksi batu bara Indonesia adalah yang terbesar ke-3 di skala global.
Emisi metana Indonesia lebih rendah dari kapasitas produksi batu bara karena kebanyakan tambangnya berada di permukaan, bukan di bawah tanah. Emisi metana akan tercatat semakin besar seiring dengan semakin dalamnya lokasi tambang batu bara.
Adapun negara penghasil metana terbesar di dunia adalah Tiongkok, dengan emisi 3,18 miliar ton CO2e20 per tahun. Angka itu jauh lebih besar dari Amerika Serikat yang emisi metananya berjumlah 240 juta ton CO2e20 per tahun.
Rusia menghasilkan metana sebesar 194 juta ton CO2e20, dan Australia sebesar 171 juta ton CO2e20 per tahun. Sedangkan produsen batu bara terbesar ke-2 dunia, yakni India, menghasilkan 84 juta ton CO2e20 per tahun.
Emisi metana tambang batu bara diprediksi akan terus menjadi masalah ke depannya meski ada usaha penghentian tambang. Pasalnya, tambang yang sudah berhenti beroperasi pun masih menghasilkan metana.
(Baca Juga: Emisi Karbon Global Meningkat pada 2021, Tertinggi Sepanjang Sejarah)