Mayoritas UMKM Ubah Produk dan Teknis Usaha untuk Bertahan Saat PPKM
Ekonomi & Makro![1](https://cdn1.katadata.co.id/media/images/2021/12/29/2021_12_29-14_55_44_09378b4d2356621cadf5fa518a3d72f8.jpeg)
![databoks logo](https://cdn1.katadata.co.id/template/databoks_template_v2/images/rightbody.png)
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Mengutip laporan Situasi Terkini UMKM 2021 oleh Mandiri Institute, mayoritas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mengubah jenis produk dan teknis berusaha untuk bertahan selama PPKM. 85,57% responden mengaku melakukan hal tersebut saat PPKM Darurat Juli - Agustus 2021.
Strategi selanjutnya adalah menghemat biaya operasional yang dilakukan oleh 58,99% responden. Selanjutnya, memberi diskon dan bonus dilakukan oleh 24,68% responden.
Lalu, 3,86% responden justru mengembangkan usaha saat PPKM berlangsung. Kemudian, sebanyak 2,97% responden tidak memiliki strategi khusus dan ada pula 2,49% responden harus menghentikan usaha atau menutup lokasi untuk fokus online. Hanya 0,53% yang mencari tambahan modal.
Secara umum, survei yang sama menemukan 94,7% usaha harus menghentikan operasinya lebih dari 1 minggu ketika PPKM Darurat Juli - Agustus 2021 lalu. Mayoritas dari usaha (35,47%) bahkan harus menghentikan usahanya selama 2 - 4 bulan.
Mandiri Institute melakukan survei dampak PPKM darurat ini kepada 2.944 responden. Survei dilakukan pada Desember 2021 dengan mayoritas responden berasal dari Jawa dan Sumatra.
(Baca: Survei: 35,47% Usaha Berhenti Beroperasi Selama 2 hingga 4 Bulan Akibat PPKM)