Rencana pemerintah untuk memberikan vaksin Covid-19 dosis ketiga atau booster tak disetujui oleh sebagian besar masyarakat. Hal ini tecermin dari temuan survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada Minggu, 9 Januari 2021.
Menurut hasil survei tersebut, sebanyak 54,8% responden tidak setuju dengan rencana pemberian vaksin booster. Sementara itu, terdapat 41,7% responden yang menyatakan setuju terhadap pemberian vaksin booster. Sisanya, 3,5% responden tidak tahu atau tidak menjawab.
Survei tersebut tidak merinci alasan responden yang tak setuju pada program vaksinasi booster. Namun, survei merinci sosio demografi responden yang tak setuju pada program tersebut.
Tercatat, responden perempuan yang tidak setuju pada program tersebut sebesar 57,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pada responden laki-laki yang tak setuju sebesar 52,6%.
Berdasarkan usia, responden yang paling banyak menyatakan tidak setuju yaitu pada rentang usia 21-25 tahun dengan besaran 61,8%. Lalu, disusul responden usia 41-55 tahun sebesar 61,6%.
Sementara berdasarkan sosio demografi berbasis etnis, masyarakat yang paling banyak menyatakan tidak setuju dengan rencana pemberian vaksin booster berasal dari etnis Minang yakni sebesar 90%. Kemudian, etnis Melayu dan Madura masing-masing sebesar 82,9% dan 68,5%.
Sedangkan berdasarkan agama, ketidaksetujuan pada rencana pemberian vaksin booster paling banyak berasal dari responden beragama Islam yakni 67,2%. Kemudian responden Protestan/Katolik yang tak setuju dengan program tersebut sebesar 38,7%, serta 35,2% beragama lainnya.
Selain itu, survei tersebut juga melakukan penelitian berdasarkan sosio demografi politik yang berbasis pada dukungan capres di Pilpres 2024 mendatang. Hasilnya, ketidaksetujuan pada rencana pemberian vaksin booster dengan basis dukungan capres paling banyak berasal dari masyarakat pendukung Anies Baswedan yakni 62,9%.
Indikator Politik melakukan survei pada 6-11 Desember 2021 dengan jumlah sampel sebanyak 1.220 responden. Metode penarikan sampel menggunakan multistage random sampling. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka. Margin error sekitar 2,9% dan tingkat kepercayaan 95%.
(Baca: Survei Indikator: Mayoritas Anak Muda Khawatir dengan Isu Korupsi)