Organisai Pangan dan Pertanian (FAO) mencatat, harga pangan dunia meningkat pada November 2021. Ini tecermin dari indeks harga pangan yang mencapai 134,4 poin, lebih tinggi 1,2% dari bulan sebeumnya yang sebesar 132,8 poin (month-to-month/m-to-m). Indeks harga pangan November 2021 mencetak kenaikan tertinggi sejak 10 tahun terakhir pada 2011 silam.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 105,6 poin, indeks harga pangan November tercatat naik 27,3% (year on year/yoy). Kenaikan harga pangan paling signifikan terjadi pada komoditas sereal, produk susu, dan gula. Harga sereal FAO melonjak 3,1% (m-to-m) dan 23,2% secara tahunan (yoy), dengan harga gandum mencapai level tertinggi sejak Mei 2011.
Harga susu tercatat naik 3,4% secara bulanan (m-to-m) dan 19,1% (yoy). Menurut FAO, permintaan impor global cukup tinggi, terutama untuk mentega dan susu bubuk karena pembeli berusaha mengamankan pasokan mengantisipasi pengetatan pasar.
Harga gula meningkat 1,4% (m-to-m) dan melonjak 40% (yoy). Kenaikan harga gula ini terutama ditopang oleh harga etanol yang lebih tinggi.
Adapun, harga daging tercatat mengalami penurunan 0,9% (m-to-m). Harga minyak nabati dunia juga turun 0,2% (m-to-m), tetapi FAO mnyebut harga minyak sawit tetap kuat.
Indeks harga pangan FAO merupakan ukuran perubahan bulanan harga komoditas pangan internasional yang paling banyak diperdagangkan secara global. Indeks harga pangan ini terdiri dari lima sub indeks yang terdiri dari sub indeks komoditas sereal, minyak nabati, susu, daging, dan gula.
(baca: Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Nonberas Meningkat 10,43% pada 2020 )