Membengkak Hampir 2 Kali Lipat, Defisit Transaksi Berjalan Terburuk Dalam Empat Tahun

Moneter
08/02/2019 19:37 WIB
Neraca Transaksi Berjalan Indonesia (1990-2018)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Memburuknya kinerja perdagangan nonmigas dan dibarengi dengan meningkatnya permintaan impor membuat defisit neraca transaksi berjalan Indonesia semakin terpuruk. Dalam Neraca Pembayaran Indonesia 2018 defisit transaksi berjalan melonjak hampir dua kali lipat menjadi US$ 31,1 miliar atau Rp 450 triliun (dengan kurs Rp 14.481/dolar Amerika Serikat) dari tahun sebelumnya. Defisit transaksi berjalan tersebut, secara nominal merupakan yang terbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun, menurut besaran rasio terhadap PDB, defisit transaksi berjalan merupakan yang terburuk dalam empat tahun terakhir.

Kinerja transaksi berjalan yang memburuk sepanjang tahun lalu dipicu oleh transaksi berjalan barang yang mengalami defisit US$ 431 juta dari sebelumnya surplus US$ 18,8 miliar. Kemudian, defisit transaksi jasa-jasa dan pendapatan primer yang masih tinggi masing-masing sebesar US$ 7,1 miliar dan US$ 30,4 miliar. Sementara yang menjadi penopang defisit transaksi berjalan tidak jatuh lebih dalam lagi adalah surplus transaksi pendapatan sekunder yang meningkat 53% menjadi US$ 6,89 miliar.

Besarnya defisit transaksi berjalan Indonesia ini masih dalam taraf yang wajar berada di bawah 3% dari PDB. Besarnya nilai impor sepanjang tahun lalu salah satunya akibat dampak dari maraknya proyek infrastruktur serta tingginya permintaan masyarakat. Yang hendaknya menjadi perhatian pemerintah adalah bagaimana cara meningkatkan kinerja ekspor agar dapat mendatangkan cadangan devisa guna menutupi defisit yang semakin melebar.

(REVISI: Databoks ini diperbarui pada 12 Februari 2019 pukul 17:10 WIB, yang semula judulnya: Melonjak Hampir 2 Kali Lipat, Defisit Transaksi Berjalan Cetak Rekor Terdalam)

Data Populer
Lihat Semua