Pada 1996, ekonomi negara-negara Asia sempat mengalami krisis finansial dan membuat mata uang dan pasar saham di berbagai negara terjun bebas. Untuk menjaga perekonomian saat itu, negara-negara di Asia yang terkena krisis terpaksa meminjam dana talangan ke Lembaga Moneter Internasional (IMF), dan tidak terkecuali Indonesia. Pinjaman tersebut membuat rasio utang beberapa negara yang mengalami krisis langsung membubung tinggi. Namun, setelah 20 tahun berjalan, Asia kini berubah menjadi salah satu penyangga perekonomian dunia dan lebih siap jika sewaktu-waktu kembali terjadi krisis.
Menurut data yang dilansir Bloomberg, hampir semua negara di Asia memiliki rasio utang luar negeri terhadap Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Income/GNI) yang lebih rendah dibanding saat krisis 20 tahun lalu. Tercatat hanya Malaysia dan Korea Selatan yang justru mengalami peningkatan. Rasio utang Indonesia mengalami penurunan hingga 37 persen. Angka ini menurun cukup besar dibanding pada 1996 yang mencapai 58,3 persen. Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah menyatakan bahwa pemerintah akan menjaga rasio utang tahun ini pada kisaran 27-29 persen terhadap PDB.