Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea Cukai yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 Indonesia mengimpor gula sebanyak 6 juta ton.
Volume impor gula tersebut meningkat 9,6% dibanding 2021 (year-on-year/yoy), sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Pada 2022 Indonesia paling banyak membeli gula dari Thailand, sedangkan impor dari negara-negara lainnya lebih kecil dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Harga Gula Pasir Cenderung Stabil sampai Mei 2023, Lebih Murah dari Setahun Lalu)
Adapun menurut I Gusti Ketut Astawa, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas), tahun ini harga gula di pasar internasional semakin mahal.
"Kenaikan harga gula internasional itu nyata adanya, disebabkan berbagai faktor, dari mulai perubahan peruntukkan tebu menjadi etanol di Brasil, hingga menurunnya produksi di India dan Thailand," kata Ketut, disiarkan Liputan6.com, Kamis (25/5/2023).
"Kondisi ini mengakibatkan pasokan secara global turun dan harga gula dunia menjadi naik. Ini turut berdampak kepada harga berbagai aspek yang berkaitan dengan gula di dalam negeri," lanjutnya.
Mengantisipasi kenaikan harga tersebut, Bapanas mengaku sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk menyiapkan Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) gula konsumsi. HAP itu diharapkan bisa mengendalikan gejolak harga gula di dalam negeri.
"Kita sudah beberapa kali diskusi dengan teman teman, melibatkan Kementan, Kemendag, Kemenko Perekonomian, termasuk semua stakeholder yang ada. Kita menghitung struktur biaya produksinya seperti apa, sehingga harga yang wajar tersebut bisa didapatkan," kata Ketut.
"Angka (HAP) itu nanti akan dibawa ke rapat Kemenko Perekonomian. Pada saat harga keluar, petani tidak rugi, begitu sampai di konsumen juga harganya masih wajar," lanjutnya.
(Baca: Ini Perkembangan Impor Bawang Putih Indonesia sampai 2022)