Menurut laporan Statistik Indonesia terbaru, volume ekspor minyak kelapa sawit nasional meningkat pada 2023, tapi nilai ekspornya turun.
Sepanjang 2023 volume ekspor minyak sawit Indonesia naik 4,84% (year-on-year/yoy) menjadi sekitar 27,5 juta ton. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak pandemi 2020.
(Baca: 10 Provinsi dengan Perkebunan Kelapa Sawit Terluas pada 2023, Riau Juaranya)
Namun, nilai ekspornya pada 2023 mencapai US$23,97 miliar, merosot 19,08% (yoy) sekaligus paling rendah dalam tiga tahun terakhir.
Menurut Kementerian Perdagangan (Kemendag), penurunan nilai tersebut dipengaruhi oleh naiknya produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) secara global, tapi permintaannya turun, terutama dari India, Tiongkok, dan Uni Eropa.
Kondisi pasokan yang lebih tinggi dari permintaan ini mengakibatkan harganya anjlok.
"Peningkatan produksi CPO dunia tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Budi Santoso, dilansir situs resmi Kemendag, Senin (18/12/2023).
Adapun berdasarkan data di Bursa Berjangka Rotterdam, pada 2 Januari 2023 harga CPO sempat berada di level US$1.065 per metrik ton. Lalu pada 29 Desember 2023 harganya turun menjadi US$935 per metrik ton.
(Baca: Bank Dunia Prediksi Harga Minyak Sawit Turun sampai 2025)