Minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia. Ini terlihat dari nilai ekspor minyak sawit Indonesia yang mencapai US$ 18,44 miliar atau Rp 258 triliun (kurs Rp 14.000/US$) pada 2020, tumbuh 18,43% dibanding tahun sebelumnya.
Capaian nilai ekspor CPO tersebut setara dengan 11,3% dari total nilai ekspor nasional senilai US$ 163,2 miliar,. Proporsi tersebut sekaligus menjadi yang terbesar dibandingkan dengan komoditas lainnya.
Naiknya harga minyak sawit di pasar internasional mampu menopang tumbuhnya nilai ekspor CPO, meski volumenya menurun 7,52% menjadi 27,33 ton pada tahun lalu. Berdasarkan data Trading Economics, harga CPO naik dari level MYR 3.035,71 per ton pada akhir Desember 2019 menjadi MYR 3.600 per ton pada akhir Desember 2020.
Adapun, volume ekspor CPO mengalami penurunan seiring dengan merosotnya permintaan dari sebagian besar negara. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), hal tersebut merupakan imbas terjadinya karantina wilayah (lockdown) selama pandemi virus corona Covid-19.
Penurunan volume ekspor CPO terbesar terjadi di Tiongkok sebesar 1,96 juta ton, Uni Eropa 712.700 ton, Bangladesh 323.900 tibu, Timur Tengah 280.700 ton, dan Afrika 249.200 ton. Sedangkan, volume ekspor ke Pakistan dan India naik masing-masing 275.700 tin dan 111.700 ton.
(Baca: Ekspor Minyak Sawit Indonesia Turun 9% pada 2020)