Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga acuan nikel Indonesia sebesar US$15.142 per dry metric tonne (dmt) pada periode kedua Oktober 2025.
Harga itu naik sangat tipis 0,26% dari periode awal Oktober 2025 yang sebesar US$15.101,67 per dmt.
Kendati tak terlihat berbeda signifikan, harga dua periode Oktober 2025 sebenarnya lebih tinggi dari Juli-September 2025. Dalam enam periode pada tiga bulan beruntun itu, harga acuannya berada di rentang US$14.900-15.000 per dmt.
Harga acuan ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI (Kepmen ESDM) Nomor 338.K/MB.01/MEM.B/2025 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk Periode Kedua bulan Oktober tahun 2025, pada 14 Oktober 2025.
(Baca: 94% Ekspor Nikel Indonesia Dikirim ke China pada Semester I 2025)
Emiten Nikel Makin Ambisius
Dorongan pemerintah untuk memajukan industri nikel nasional yang menjadi bahan baku utama baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) membuat sejumlah emiten industri nikel Tanah Air terus memompa bisnisnya. Beberapa perusahaan lain bahkan mulai menambah usaha nikel dalam daftar portofolionya.
Melansir Katadata, pemerintah berambisi membangun ekosistem baterai kendaraan listrik dari hulu hingga hilir, sejalan dengan program hilirisasi yang sedang didorong Presiden Prabowo Subianto. Salah satu fokus utama hilirisasi ialah peningkatan nilai tambah nikel untuk mendukung rantai pasok produksi baterai EV di dalam negeri.
Head of Research and Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan kebijakan hilirisasi di era Presiden Prabowo Subianto akan menjadi kelanjutan dari program yang telah dijalankan di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Meski selama ini nikel menjadi fokus utama, ke depan pemerintah perlu mempertimbangkan komoditas lain seperti bauksit yang juga berpotensi besar untuk mendukung teknologi baterai baru pengganti nikel.
“Indonesia punya sumber daya bauksit yang melimpah. Jadi arah hilirisasi mungkin harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi global di industri EV,” kata Rully dalam acara Mirae Media Day beberapa waktu lalu.
(Baca Katadata: Gelombang Baru di Bursa: Emiten Ramai-Ramai Masuk Bisnis Nikel karena Hilirisasi)