Perubahan Iklim Bikin Produktivitas Jagung dan Kedelai di Indonesia Turun

Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, terdapat fenomena perubahan iklim di Indonesia yang disebut El Nino Southern Oscillation (ENSO). ENSO terdiri dari tiga fase: El Nino, Normal, dan La Nina.

Fenomena tersebut biasanya diikuti penurunan dan peningkatan curah hujan di atas curah hujan normal yang tidak menguntungkan untuk sektor pertanian, khususnya tanaman jagung dan kedelai.

Sejalan dengan survei BPS pada 2024, sebanyak 23,79% dari 36.363 rumah tangga usaha pertanian jagung terdampak perubahan iklim.

Sementara, 26,12% dari 1.138 rumah tangga pertanian kedelai turut mengaku terkena dampak perubahan iklim. Alhasil, rata-rata produktivitas jagung dan kedelai pun ikut menyusut.

Menurut BPS, rata-rata produktivitas jagung yang tidak terdampak perubahan iklim mencapai 53,69 kuintal/hektare (ha), sedangkan yang terdampak rata-rata produktivitasnya hanya 46,60 kuintal/ha.

“Untuk tanaman kedelai yang tidak terdampak perubahan iklim memiliki rata-rata produktivitas sebesar 17,03 kuintal/ha, dan tanaman kedelai yang terdampak perubahan iklim, produktivitas sebesar 13,99 kuintal/ha,” jelas BPS dalam laporannya.

Atas temuan tersebut, BPS mengatakan, cepat atau lambat perubahan iklim akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai di Indonesia, sekalipun saat ini masih banyak rumah tangga pertanian jagung dan kedelai yang merasa tidak terdampak.

(Baca: Dampak Perubahan Iklim, Produktivitas Padi Indonesia Menyusut)