Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai moneter stok akhir sumber daya kayu Indonesia terus meningkat selama 2019-2023. Ini tercantum dalam laporan Sistem Terintegrasi Neraca Lingkungan dan Ekonomi Indonesia 2019-2023.
Pada 2019, nilai moneternya mencapai Rp818,19 triliun. Setahun kemudian, nilainya naik 16,46% menjadi Rp952,91 triliun.
Lalu pada 2021, nilai moneter naik 15,44% menjadi Rp1.100,09 triliun atau Rp1,1 kuadriliun.
Kenaikan juga terjadi pada 2022 sebesar 6,85% menjadi Rp1.175,51 triliun.
Data terakhir pada 2023, nilai moneter naik signifikan hingga 20,03% menjadi Rp1.410,98 triliun.
Namun, kenaikan nilai moneter berbanding terbalik dengan volume stok kayu Indonesia yang terus menurun dalam periode yang sama.
Pada 2023, volumenya merosot 4,75% menjadi 3,65 miliar meter kubik. Ini menjadi penurunan stok tertinggi selama lima tahun terakhir.
Data sumber daya kayu ini diolah BPS dari internal, Perum Perhutani, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hingga Kementerian Keuangan.
(Baca juga: Stok Sumber Kayu Indonesia Terus Turun Selama 5 Tahun Terakhir)