Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan, mayoritas atau 63% responden anak sekolah di Indonesia berangkat ke sekolah diantar-jemput menggunakan kendaraan pribadi oleh orang tuanya.
Lalu 27,2% berangkat sendiri dengan jalan kaki, sepeda, motor, atau mobil. Sementara hanya 9,8% yang ke sekolah menggunakan transportasi umum.
"Pemilihan transportasi anak sekolah ini tidak terlepas dari jarak sekolah dan jenjang pendidikan," tulis Peneliti Libang Kompas dalam laporannya, Senin (5/5/2025).
Jika ditilik berdasarkan jenjang pendidikan, anak usia taman kanak-kanak/play group (TK/PG) paling banyak diantar oleh orang tua atau menggunakan layanan antar-jemput sekolah, proporsinya mencapai 100%.
Lalu pada jenjang SD, persentase anak yang diantar menurun, yakni menjadi 70,4%. Namun, proporsi yang menggunakan transportasi umum masih rendah, hanya 3,8%.
Begitupun pada tingkat SMP dan SMA, proporsi yang diantar masih tinggi sedangkan yang menggunakan kendaraan umum kurang dari seperempatnya.
"Pengantaran oleh keluarga bisa jadi karena melanjutkan kebiasaan sejak kecil dan sekalian orang tua berangkat kerja, serta memang sudah menjadi budaya bagi masyarakat di Indonesia untuk mengantar anak ke sekolah," tulis Peneliti Litbang Kompas.
Survei ini ini dilakukan terhadap 356 responden dari 62 kota di 28 provinsi yang dipilih secara acak dari panel Litbang Kompas, sesuai proporsi penduduk di setiap daerah.
Pengambilan data dilakukan pada 25-26 April 2025 melalui wawancara telepon. Toleransi kesalahan survei (margin of error) sekitar 5,19% dan tingkat kepercayaan 95%, dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
(Baca: Survei Pengeluaran Bulanan Warga RI untuk Transportasi Umum)