Interpol mencatat, tindakan mengelabui agar korban memberikan data-data penting melalui jaringan internet atau phishing merupakan salah satu ancaman siber yang paling sering terjadi di Asia Tenggara hingga kuartal II-2020. Tercatat ada 146.994 situs phishing yang terdeteksi di Asia Tenggara pada periode tersebut.
Software as a service (SaaS)/webmail merupakan industri yang paling banyak menjadi target phishing, di mana persentasenya sebesar 35%. Sebesar 18% saasaran phishing adalah lembaga keuangan.
Kemudian, 12% layanan pembayaran juga menjadi sasaran phishing. Sasaran phishing berikutnya adalah media sosial dan layanan e-commerce/retail yang masing-masing memiliki persentase 11% dan 7%.
Persentase layanan logistik/pengiriman dan penyimpanan cloud yang menjadi sasaran phishing sama-sama sebesar 3%. Sementara, sebanyak 11% sasaran phishing berasal dari industri lain.
Sementara itu, Kaspersky mencatat ada 1,6 juta upaya phishing terjadi di Asia Tenggara pada Januari-Juni 2020. Dari jumlah itu, sebanyak 749,9 ribu kasus terjadi di Indonesia.
Upaya phishing yang terjadi di Vietnam sebanyak 737,2 ribu kasus, Thailand 478,8 ribu kasus, Malaysia 442,4 ribu kasus, Filipina 200,3 ribu kasus, dan Singapura 145 ribu kasus. Meski menjadi yang terendah, kasus phishing di Singapura mengalami peningkatan hingga 60,5% pada periode tersebut.
(Baca: Serangan Malware Banyak Mengintai UMKM di Masa Pandemi)