Ini Alasan Masyarakat Indonesia Belum Beralih Menggunakan e-SIM

Menurut survei Snapcart, banyak masyarakat Indonesia yang belum menggunakan embedded subscriber identity module (e-SIM), teknologi untuk menghubungkan perangkat seluler ke jaringan secara digital tanpa kartu fisik.

Hambatan terbesar adopsi e-SIM adalah kurangnya pemahaman yang jelas terkait cara mengaktifkannya, ini dinyatakan oleh 45% responden.

Lalu 28% responden belum menggunakan e-SIM karena perangkat mereka tidak kompatibel dengan teknologi tersebut, dan 25% responden masih nyaman dengan kartu SIM fisik.

Sementara, 3% responden lainnya tidak percaya pada e-SIM.

"Temuan ini menunjukkan bahwa keraguan tersebut tidak selalu disebabkan oleh ketakutan atau keraguan tentang keamanan, tetapi lebih karena ketidaktahuan dan kurangnya panduan yang mudah diakses," tulis Snapcart dalam laporan Migrate to e-SIM: Are Indonesians Ready to Make the Switch?.

Selain itu, mayoritas atau 70% responden masih menggunakan smartphone biasa dengan slot kartu SIM fisik. Sedangkan smartphone baru yang mendukung e-SIM belum umum digunakan di Indonesia.

"Akibatnya, ekosistem perangkat saat ini di Indonesia masih sangat bergantung pada kartu SIM fisik tradisional, yang secara alami menunda transisi luas ke e-SIM," kata Snapcart.

Snapcart melakukan survei ini secara online pada 26 Mei-1 Juni 2025 terhadap 4.212 responden yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

(Baca: Telkomsel, Provider Internet Terbanyak yang Digunakan Masyarakat RI)