Lesunya perekonomian domesik berimbas pula terhadap bisnis properti sepanjang 2016. Harga apartemen di Central Businnes District (CBD) di Jakarta pada triwulan III 2016 hanya naik 5,7 persen menjadi Rp 48,95 juta per meter persegi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika dibandingan dengan triwulan sebelumnya juga hanya tumbuh 1,5 persen. Bahkan harga rata-rata apartemen di Jakarta pada September 2016 hanya tumbuh 4,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari survei harga properti residensial pasar primer yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa indeks harga properti residensial pada triwulan III 2016 hanya tumbuh 2,75 persen (YoY) dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai 3,39 persen. Penyaluran kredit pemilikan rumah dan kredit pemilikan apartemen juga mengalami perlambatan dimana pada triwulan III 2016 hanya tumbuh 0,48 persen, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni 3,56 persen (qtq).
Melambatnya perekonomian domestik yang berimbas terhadap turunnya daya beli masyarakat membuat sektor properti kurang bergairah pada 2016. Beberapa pengembang ada yang menunda peluncuran proyek propertinya. Kondisi politik yang kurang kondusif seiring pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak 2017 juga turut menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk membeli properti. Sebagian masyarakat mengalokasikan dananya untuk keperluan yang lebih mendesak atau disimpan.