Rata-rata harga rokok di Indonesia naik antara 70% sampai 100% dalam sedekade terakhir, bergantung pada jenisnya.
Hal ini terlihat dari laporan tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) yang bertajuk Harga Konsumen Nasional Beberapa Barang dan Jasa.
(Baca: Cukai Rokok Indonesia Tertinggi ke-15 di Dunia)
Menurut laporan tersebut, rata-rata harga rokok kretek pada 2014 masih Rp11.900 per bungkus.
Kemudian harganya berangsur naik hingga menjadi rata-rata Rp20.652 per bungkus pada 2023, meningkat 74% dibanding 2014.
Lalu harga rokok kretek filter naik 98% dari Rp12.508 per bungkus pada 2014, menjadi Rp24.819 per bungkus pada 2023.
Sedangkan harga rokok putih naik 119% dari Rp12.885 per bungkus pada 2014, menjadi Rp28.228 per bungkus pada 2023 seperti terlihat pada grafik.
Rokok kretek adalah rokok berisi tembakau dan campuran cengkih; rokok kretek filter adalah rokok kretek yang menggunakan busa penyaring; dan rokok putih adalah rokok tanpa campuran cengkih.
Data ini berasal dari Survei Harga Konsumen yang dilakukan BPS secara bulanan, mencerminkan rata-rata harga beberapa kualitas barang/jasa yang umum dikonsumsi masyarakat.
Selama periode 2014-2019 survei dilakukan di 82 kota (33 ibu kota provinsi dan 49 kota).
Kemudian pada 2020-2023 survei dilakukan di 90 kota (34 ibu kota provinsi dan 56 kabupaten/kota) yang menjadi pusat perekonomian Indonesia.
(Baca: 10 Merek Rokok Filter Termurah Agustus 2024)