Perusahaan alas kaki dan pakaian olahraga Nike akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 1.500 orang, kira-kira 2% dari total karyawannya.
"(Keputusan PHK) ini adalah kenyataan yang menyakitkan, dan saya tidak menganggap persoalan ini enteng," kata CEO Nike, John Donahoe, dilansir dari CNBC International, Jumat (16/2/2024).
Menurut CNBC International, Nike melakukan PHK massal tahun ini dalam rangka restrukturisasi perusahaan, setelah mereka menghadapi perlambatan belanja konsumen.
Jika melihat laporan keuangannya, laba mereka memang tercatat turun dalam dua tahun terakhir.
Pada tahun fiskal 2021 Nike sempat membukukan laba sebelum bunga dan pajak atau earnings before interest and taxes (EBIT) sekitar US$6,92 miliar.
Kemudian pada tahun fiskal 2022 nilai EBIT mereka turun menjadi US$6,86 miliar, dan berkurang lagi jadi sekitar US$6,2 miliar pada 2023.
Di tengah kondisi tersebut, Nike kini dikabarkan bakal melakukan PHK tahap pertama pada Februari 2024, dan PHK tahap kedua akan rampung pada akhir kuartal keempat tahun fiskal mereka yang berakhir bulan Mei.
CNBC International menyebut, Nike belum merinci departemen mana saja yang akan mengalami PHK. Namun, Nike memastikan karyawan toko atau pekerja gudang tidak akan terdampak.
Sebelumnya, pada Desember 2023 Nike telah meluncurkan rencana restrukturisasi besar-besaran untuk memangkas biaya sekitar US$2 miliar selama tiga tahun ke depan.
Mereka juga memangkas target penjualan untuk mengantisipasi turunnya permintaan, serta memangkas biaya operasional dengan menyederhanakan pilihan produk, meningkatkan otomatisasi dan penggunaan teknologi, serta menyederhanakan lapisan manajemen perusahaan.
(Baca: 10 Perusahaan Alas Kaki Terbesar Dunia pada 2023, Nike Juaranya)