Menurut data United States Geological Survey (USGS), pada 2022 Chile menjadi negara penghasil tembaga terbesar di dunia.
USGS memperkirakan, sepanjang 2022 negara di benua Amerika Selatan itu memproduksi 5,2 juta ton tembaga hasil tambang (mine production).
Di urutan kedua ada Kongo dan Peru yang sama-sama memproduksi 2,2 juta ton tembaga hasil tambang pada tahun lalu.
Sementara produksi tembaga hasil tambang Indonesia pada 2022 mencapai 920 ribu ton. Capaian ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-6 global.
(Baca: Ekspor Bijih Tembaga Indonesia Menguat Signifikan pada 2022)
Pada 2022 total volume produksi tembaga hasil tambang (mine production) global mencapai 22 juta ton, meningkat 3,7% dibanding 2021 (year-on-year/yoy).
Di samping itu, produksi tembaga hasil olahan (refinery production) global juga naik 2,8% (yoy) menjadi 26 juta ton. Tembaga olahan paling banyak diproduksi oleh Tiongkok, yakni 11 juta ton.
Ada pula sejumlah negara yang tidak punya produksi tambang tembaga, tapi mampu menghasilkan tembaga olahan dalam jumlah besar, yaitu Jepang (1,6 juta ton), Korea Selatan (660 ribu ton), dan Jerman (620 ribu ton).
Negara-negara tersebut menghasilkan tembaga olahan menggunakan pasokan bahan baku dari berbagai negara lain, salah satunya Indonesia.
Adapun produksi tembaga olahan Indonesia pada 2022 baru mencapai 300 ribu ton. Jumlah itu tergolong rendah dibanding capaian negara-negara produsen utama lainnya.
Terkait hal ini, pemerintah Indonesia berencana menghentikan ekspor tembaga mentah mulai pertengahan 2023, serta meningkatkan kapasitas pengolahan tembaga di dalam negeri.
(Baca: Negara Tujuan Ekspor Bijih Tembaga Indonesia, Jepang Teratas)