Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,93 miliar pada Mei 2024.
Capaian ini lebih tinggi 0,21% dibanding surplus April 2024 (month-to-month/mtm), serta naik 2,5% dibanding surplus Mei tahun lalu (year-on-year/yoy).
"Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (19/6/2024).
Habibullah menyebut, surplus Mei 2024 ditopang oleh sektor nonmigas dengan nilai US$4,26 miliar. Komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.
Namun, surplus itu tereduksi oleh sektor migas yang defisit US$1,33 miliar. Komoditas utama penyumbang defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah.
Surplus neraca dagang Indonesia pada Mei 2024 paling banyak berasal dari transaksi dengan India, dengan nilai surplus US$1,55 miliar. Diikuti Amerika Serikat yang menyumbang surplus US$1,2 miliar dan Jepang US$742,2 juta.
Sementara defisit perdagangan terbesar berasal dari transaksi dengan China, dengan nilai defisit US$1,31 miliar. Diikuti Australia yang menyumbang defisit US$539,3 juta, dan Thailand US$320,2 juta.
Secara kumulatif, pada periode Januari—Mei 2024 sektor migas mengalami defisit US$8,07 miliar. Namun sektor nonmigas surplus US$21,13 miliar, sehingga neraca perdagangan Indonesia meraih total surplus US$13,06 miliar.
(Baca: Neraca Dagang RI Kembali Cetak Surplus pada April 2024)