Impor pada Agustus mengalami penurunan, namun secara akumulasi sepanjang delapan bulan pertama 2018 meningkat hampir mencapai 25% dibanding tahun sebelumnya. Data Badan Pusat Statistik mencatat nilai impor Indonesia pada periode Januari-Agustus 2018 melonjak 24,52% menjadi US$ 124,19 miliar (Rp 1.844 triliun) dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara nilai ekspor hanya tumbuh 10,39% menjadi US$ 120,1 miliar (Rp 1.784 triliun) dari sebelumnya. Alhasil, defisit neraca perdagangan tahun ini makin melebar menjadi US$ 4,09 miliar atau setara Rp 61 triliun.
Tiongkok masih menjadi negara asal impor barang non migas terbesar bagi Indonesia. Nilai impor Indonesia dari Negeri Tirai Bambu tersebut untuk periode Januari-Agustus tahun ini mencapai US$ 28,78 miliar naik 31,57% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kemudian terbesar kedua berasal Jepang dengan nilai US$ 11,98 miliar, naik 23,73% dari sebelumnya. Lalu terbesar ketiga, impor Indonesia berasal dari Thailand dengan nilai US$ 7,29 miliar, naik 18,92% dari sebelumnya.
Berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang mengalami pertumbuhan terbesar. Sepanjang periode Januari-Agustus 2018 impor barang modal tumbuh 29,24% menjadi US$ 19,5 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kemudian diikuti barang konsumsi yang naik 27,38% menjadi US$ 11,54 miliar dari sebelumnya dan bahan baku/penolong tumbuh 23,24% menjadi US$ 93,2 miliar dari sebelumnya.