Neraca Dagang RI Masih Surplus sampai Maret 2025

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia meraih surplus neraca perdagangan senilai US$4,33 miliar pada Maret 2025.

Surplus ini naik 39,86% dibanding bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Namun, nilainya turun 5,40% dibanding Maret tahun lalu (year-on-year/yoy).

"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (21/4/2025).

(Baca: Terancam Tarif Trump, Ini Produk yang Diimpor AS dari Indonesia)

Pada Maret 2025 neraca dagang Indonesia ditopang sektor nonmigas yang surplus US$6 miliar. Komoditas penyumbangnya antara lain lemak dan minyak hewan/nabati; bahan bakar mineral; serta besi dan baja.

Namun, surplus nonmigas ini tereduksi oleh defisit perdagangan migas sebesar US$1,67 miliar. Defisit ini disumbang komoditas hasil minyak dan minyak mentah.

Surplus neraca dagang Indonesia pada Maret 2025 paling banyak berasal dari transaksi dengan Amerika Serikat (AS) dengan nilai US$1,98 miliar. Lalu India menyumbang surplus US$1,04 miliar, dan Filipina US$714,1 juta.

Di sisi lain, defisit perdagangan terbesar berasal dari transaksi dengan China dengan nilai US$1,11 miliar. Lalu Australia menyumbang defisit US$353,2 juta dan Thailand US$195,4 juta.

Secara kumulatif, selama Januari—Maret 2025 sektor migas mengalami defisit US$4,84 miliar, sedangkan sektor nonmigas surplus US$15,76 miliar.

Dengan demikian, dalam tiga bulan ini neraca dagang Indonesia surplus US$10,92 miliar.

(Baca: Defisit Perdagangan Amerika Serikat Membengkak pada 2024)