Indonesia merupakan salah satu negara penghasil bauksit terbesar di dunia. Namun, kinerja ekspor industri pengolahannya melemah pada 2023.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor industri pengolahan logam dasar bauksit pada 2023 hanya 396,1 ton, turun 41,6% dibanding 2022 (year-on-year/yoy). Kemudian nilai ekspornya turun 55,6% (yoy) menjadi US$448,4 ribu.
Tren penurunan ekspor industri pengolahan bauksit juga sudah terjadi sejak 2016, seperti terlihat pada grafik.
Bauksit merupakan bahan untuk membuat aluminium, logam yang menjadi bahan baku penting untuk beragam industri mulai dari otomotif, perlengkapan rumah tangga, sampai teknologi energi terbarukan.
Namun, Indonesia baru memiliki smelter atau fasilitas pengolahan bauksit menjadi produk akhir aluminium pada tahun ini.
Smelter tersebut merupakan milik PT Borneo Alumina Indonesia yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, dan baru diresmikan Presiden Jokowi pada September 2024.
"Pembangunan smelter ini merupakan usaha kita untuk menyongsong Indonesia menjadi negara industri, mengolah sumber daya alam kita sendiri, dan tidak lagi mengekspor bahan-bahan mentah," kata Jokowi, dilansir situs Sekretariat Kabinet RI, Selasa (24/9/2024).
"Stop mengekspor bahan-bahan mentah, olah sendiri, karena nilai tambahnya akan diperoleh masyarakat, negara," ujarnya.
(Baca: Indonesia Jadi Penghasil Bauksit Terbesar ke-5 Global pada 2022)