Minyak kelapa sawit sukses menjadi penyumbang devisa terbesar berkat produksinya yang berlimpah. Namun, beberapa tahun terakhir komoditi andalan Indonesia ini mendapatkan kampanye negatif dari Uni Eropa. Minyak kelapa sawit dinilai tidak ramah lingkungan karena dituding menjadi salah satu penyebab deforestasi. Hal ini berdampak pada volume dan nilai ekspornya.
Sepanjang 2018, Indonesia mengekspor minyak sawit sebesar 29,6 juta ton. Jumlah ini meningkat sebesar 2% dari tahun sebelumnya. Namun, lajunya melambat dibanding tahun 2017 yang mencapai 20%. Sementara bertambahnya volume ekspor ini tidak diiringi dengan meningkatnya nilai ekspor. Adapun nilainya menurun sebesar 12% menjadi US$ 18,2 miliar pada tahun sebelumnya, yakni US$ 20,7 miliar.
Nilai ekspor ini menurun seiring dengan jatuhnya harga minyak sawit di pasar internasional sebesar 21% menjadi US$ 535/ton dari tahun sebelumnya US$ 679/ton. Jatuhnya harga didorong oleh dinamika sawit di pasar global hingga berkurangnya ekspor ke negara-negara tujuan utama sawit.