- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
International Monetary Fund (IMF) mencatat PDB Paritas Daya Beli (PPP) Singapura pada 2024 sebesar 0.8 Unit. Angka ini menunjukkan stagnasi dibandingkan nilai tahun sebelumnya. Terlihat dalam rentang 2015-2024, nilai PDB PPP Singapura cenderung fluktuatif.
Kondisi tiga tahun terakhir menunjukkan dinamika. Pada 2022, PDB PPP Singapura mencapai 0.87 Unit, lalu turun menjadi 0.8 Unit di 2023, dan stagnan di angka 0.8 Unit pada 2024. Rata-rata tiga tahun terakhir (2022-2024) adalah 0.823 Unit. Dibandingkan rata-rata ini, nilai PDB PPP Singapura 2024 (0.8 Unit) lebih rendah.
(Baca: PDB Menurut Daya Beli di Haiti 2024)
Satuan unit dalam data yang disajikan di artikel ini merupakan hasil perhitungan IMF atas nilai PDB harga berlaku mata uang nasional Singapura terhadap dolar internasional. Dalam Publikasinya, IMF menyebutkan perhitungan digunakan untuk tujuan penyusunan komposit kelompok negara. Data yang dihasilkan ini dikatakan bukan sebagai sumber utama penyajian data paritas daya beli (PPP).
Jika dibandingkan dengan lima tahun terakhir (2020-2024) yang memiliki rata-rata 0.824 Unit, kinerja PDB PPP Singapura pada 2024 juga menunjukkan penurunan. Ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Singapura dalam hal PDB PPP mengalami sedikit perlambatan dalam beberapa tahun terakhir.
Nilai tertinggi PDB PPP Singapura dalam 10 tahun terakhir terjadi pada 2018 dengan 0.88 Unit. Sementara, nilai terendah terjadi pada 2021 dengan 0.81 Unit. Anomali penurunan pada 2021 mungkin disebabkan oleh faktor eksternal global yang mempengaruhi perekonomian Singapura.
Dalam hal ranking regional, IMF menempatkan Singapura pada posisi 9 di ASEAN. Posisi ini konsisten dari tahun 2015 hingga 2024. Hal ini menunjukkan stabilitas posisi Singapura dalam konteks ekonomi regional meskipun terdapat fluktuasi nilai PDB PPP.
(Baca: PDB Menurut Daya Beli di Mali 2024)
Proyeksi IMF menunjukkan penurunan PDB PPP Singapura. Pada 2025 diproyeksikan menjadi 0.794 Unit dan terus menurun hingga 2026 (0.789 Unit). Selanjutnya, ada sedikit kenaikan dan kembali lagi menurun tipis hingga 2030 (0.791 Unit). Penurunan ini mengindikasikan potensi kontraksi ekonomi. Penurunan dari 0.8 ke 0.794 menggambarkan proyeksi penurunan sebesar 0.006 unit.
Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia memiliki PDB PPP tertinggi dengan 4747.903 Unit. Sementara itu, Laos memiliki pertumbuhan PDB PPP tertinggi dengan 14.35%. Secara peringkat, Vietnam menduduki posisi pertama, Indonesia kedua, dan Laos ketiga. Singapura berada di luar lima besar negara ASEAN berdasarkan data ini.