Pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Kampar, Riau, mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2024, mencapai Rp 70.770 per kapita per bulan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan sebesar 32,9% dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan minat masyarakat yang meningkat terhadap perawatan diri. Satuan data ini adalah per kapita/bulan.
Jika dibandingkan dengan total pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp 278.353, pengeluaran untuk perawatan kulit masih relatif kecil. Namun, angka ini lebih tinggi dari rata-rata pengeluaran untuk kecantikan secara umum, yaitu Rp 29.165. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Kampar semakin sadar akan pentingnya perawatan kulit spesifik dibandingkan sekadar perawatan kecantikan biasa.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Papua 2015 - 2024)
Secara historis, pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Kampar terus menunjukkan tren positif. Dari Rp 33.678 pada tahun 2018, angka ini terus bertumbuh hingga mencapai Rp 70.770 pada tahun 2024. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2021 sebesar 17,7%, diikuti oleh tahun 2024 dengan 32,9%. Meskipun sempat ada sedikit perlambatan pertumbuhan pada tahun 2023, namun kembali melonjak tajam pada tahun 2024.
Secara keseluruhan, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan masyarakat Kabupaten Kampar juga mengalami pertumbuhan. Pengeluaran untuk makanan jadi tercatat sebesar Rp 200.026 dan untuk rokok serta tembakau sebesar Rp 168.047. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kampar memiliki kemampuan ekonomi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar sekaligus meningkatkan kualitas hidup dengan berinvestasi pada perawatan diri.
Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Riau, Kabupaten Kampar menduduki peringkat ke-2 dalam hal pengeluaran untuk perawatan kulit pada tahun 2024. Kota Pekanbaru menjadi wilayah dengan pengeluaran tertinggi, yaitu Rp 88.443. Sementara itu, secara nasional, Kabupaten Kampar berada pada peringkat ke-142. Data perbandingan ini diolah dari data BPS.
Kota Pekanbaru mencatatkan penurunan pertumbuhan pengeluaran perawatan kulit turun 2.3% dengan nilai Rp 88.443. Kabupaten Bengkalis mencatatkan pertumbuhan sebesar 8.6% dengan nilai Rp 64.618. Kota Dumai mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi, yakni sebesar 30.6% dengan nilai Rp 67.457. Sementara itu, Kabupaten Rokan Hulu justru mengalami penurunan turun 4.6% dengan nilai Rp 63.503. Kabupaten Siak mencatatkan pertumbuhan yang moderat, sebesar 4.3% dengan nilai Rp 61.292.
(Baca: Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kab. Sidenreng Rappang | 2024)
#### Kota PekanbaruBPS mencatat bahwa rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan di Kota Pekanbaru mencapai Rp 1.203.364 pada tahun 2024, meningkat 1.1% dibandingkan tahun sebelumnya. Kota ini menduduki peringkat pertama se-Provinsi Riau dalam kategori ini. Pengeluaran untuk makanan juga tinggi, mencerminkan gaya hidup masyarakat perkotaan yang lebih konsumtif.
#### Kota DumaiRata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan di Kota Dumai pada tahun 2024 adalah Rp 1.721.806, mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 9.1% dibandingkan tahun sebelumnya. Kota Dumai menduduki peringkat kedua se-Provinsi Riau setelah Kota Pekanbaru. Angka ini menunjukkan peningkatan kesejahteraan dan daya beli masyarakat Dumai.
#### Kabupaten Rokan HuluKabupaten Rokan Hulu mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan sebesar Rp 917.211 pada tahun 2024, tumbuh pesat sebesar 27.3% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menempatkan Rokan Hulu pada peringkat kedua dalam pengeluaran makanan di antara kabupaten/kota se-Provinsi Riau. Peningkatan ini menunjukkan peningkatan akses dan ketersediaan pangan bagi masyarakat Rokan Hulu.
#### Kabupaten BengkalisRata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2024 mencapai Rp 911.939, meningkat tajam sebesar 30.8% dibandingkan tahun sebelumnya. Kabupaten Bengkalis menduduki peringkat ketiga se-Provinsi Riau. Pertumbuhan ini mengindikasikan perbaikan signifikan dalam kondisi ekonomi dan kemampuan masyarakat Bengkalis untuk memenuhi kebutuhan pangan.