Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp 217.072 per kapita per bulan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) ini menunjukkan penurunan sebesar 6.4% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini menjadikan Kabupaten Bangka Selatan berada di urutan ke-5 di antara kabupaten/kota se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan urutan ke-181 secara nasional.
Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi ini merupakan bagian dari pengeluaran total masyarakat Kabupaten Bangka Selatan. Jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp 228.145, maka pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi mencapai sekitar 95%. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk rokok dan tembakau yang mencapai Rp 185.878 per kapita per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Bangka Selatan masih memprioritaskan konsumsi barang dan jasa lain selain makanan dan minuman jadi.
(Baca: Jumlah Penduduk Bekerja di Kabupaten Halmahera Barat 70.598 dan Angka Pengangguran 3,53%)
Secara historis, pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi di Kabupaten Bangka Selatan mengalami fluktuasi. Pada tahun 2018, pengeluaran tercatat sebesar Rp 191.449, kemudian meningkat hingga Rp 201.340 pada tahun 2020. Tahun 2021 terjadi penurunan signifikan menjadi Rp 178.262, sebelum akhirnya kembali naik dan mencapai pengeluaran tertinggi pada tahun 2022, yaitu Rp 240.082. Namun, sejak saat itu, pengeluaran cenderung menurun hingga mencapai angka saat ini.
Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kabupaten Bangka Selatan berada di urutan ke-5 dalam hal pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi pada tahun 2024. Kota Pangkal Pinang mencatatkan pengeluaran tertinggi, yaitu Rp 299.603, diikuti oleh Kabupaten Belitung (Rp 285.870), Kabupaten Bangka Barat (Rp 243.539), dan Kabupaten Belitung Timur (Rp 230.616). Pertumbuhan pengeluaran tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya terjadi di Kabupaten Bangka Barat dengan 24.1%.
Jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran selama tiga tahun terakhir (2021-2023) sebesar Rp 216.762, pengeluaran tahun 2024 (Rp 217.072) menunjukkan sedikit kenaikan. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir (2019-2023) sebesar Rp 216.769, angka saat ini relatif stagnan. Data ini diolah dari data Susenas. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi di Kabupaten Bangka Selatan cenderung melambat dalam beberapa tahun terakhir.
(Baca: Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Perawatan Kulit Kab. Jayawijaya | 2024)
Kota Pangkal Pinang
Pada tahun 2024, Kota Pangkal Pinang mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp 1.294.666, meningkat 18.9% dibandingkan tahun sebelumnya. Data ini menempatkan Kota Pangkal Pinang pada peringkat pertama se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sementara itu, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan tercatat sebesar Rp 1.039.380, juga menempati peringkat pertama dengan pertumbuhan 10.7%. Pengeluaran total (makanan dan bukan makanan) mencapai Rp 2.334.046, menempatkan kota ini pada peringkat pertama dengan pertumbuhan 2.5%.
Kabupaten Belitung Timur
Kabupaten Belitung Timur menunjukkan dinamika yang berbeda. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan pada tahun 2024 adalah Rp 1.002.948, meningkat 8.5% dibandingkan tahun sebelumnya. Peringkat kabupaten ini berada di posisi ketiga se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Namun, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan hanya tumbuh 0.5% menjadi Rp 1.002.638, menempatkannya di peringkat kedua. Total pengeluaran (makanan dan bukan makanan) justru mengalami penurunan sebesar 3.8% menjadi Rp 2.005.586, menempatkannya di peringkat kedua.
Kabupaten Bangka
Kabupaten Bangka mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp 798.997 pada tahun 2024, meningkat 19.5% dibandingkan tahun sebelumnya dan menempati peringkat keempat. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan sebesar Rp 896.868, tumbuh 3.7% dan berada di peringkat keempat. Total pengeluaran (makanan dan bukan makanan) mencapai Rp 1.695.865, menurun 7.3% dan berada di peringkat keempat.